Tokoh yang kami angkat pada kesempatan ini ialah seorang pengusaha sukses dalam bidang percetakan yaitu Bapak Edy Nugroho yang mengembangkan dan membangun Percetakan Petraya sejak tahun 1995. Di salah satu dinding kantornya yang beralamat di Jl. Jeruk IV No. 12 Semarang, terpampang sebuah kalimat yang menegaskan hal tersebut, “Kami adalah orang-orang yang mewarnai dunia menjadi lebih indah dengan karya dan pelayanan terbaik kami”.
Dengan mengedepankan pelayanan terbaik, saat ini Percetakan Petraya mampu tumbuh menjadi perusahaan yang memiliki omzet milyaran. Ditemui di kantornya Rabu (1/6), Pak Edi menjelaskan panjang lebar tentang awal mula usahanya tersebut. “Usaha ini dibangun atas dasar keprihatinan terhadap banyaknya generasi muda yang menjadi pengangguran, terutama di daerah saya (Purworejo), sehingga dalam hati saya tergerak untuk menjadi pengusaha supaya bisa menyerap banyak tenaga kerja terutama generasi muda,” terangnya. Atas dasar itulah, Pak Edy memberanikan diri untuk membangun usaha percetakan dengan modal 1 buah komputer dan 1 buah printer. Berhubung masih minim, waktu itu ketika ada orderan dalam jumlah besar, Pak Edy dan timnya langsung melemparkan ke pihak lain yang lebih mampu untuk menangani.
Dengan mengedepankan pelayanan terbaik, saat ini Percetakan Petraya mampu tumbuh menjadi perusahaan yang memiliki omzet milyaran. Ditemui di kantornya Rabu (1/6), Pak Edi menjelaskan panjang lebar tentang awal mula usahanya tersebut. “Usaha ini dibangun atas dasar keprihatinan terhadap banyaknya generasi muda yang menjadi pengangguran, terutama di daerah saya (Purworejo), sehingga dalam hati saya tergerak untuk menjadi pengusaha supaya bisa menyerap banyak tenaga kerja terutama generasi muda,” terangnya. Atas dasar itulah, Pak Edy memberanikan diri untuk membangun usaha percetakan dengan modal 1 buah komputer dan 1 buah printer. Berhubung masih minim, waktu itu ketika ada orderan dalam jumlah besar, Pak Edy dan timnya langsung melemparkan ke pihak lain yang lebih mampu untuk menangani.
Selama membangun bisnisnya itu, berbagai hambatan sempat membuat usaha percetakan tersebut goyah. “Di tahun awal, kami sempat mengalami masa-masa sulit dan dihadapkan antara dua pilihan, yaitu melanjutkan atau berhenti sampai disini, namun karena sejak pertama saya didukung tim yang memiliki ideologi yang sama dan kuat, segala permasalahan tersebut akhirnya bisa kami atasi,” jelas Pak Edy kepada tim liputan bisnis UKM. Setelah melakukan analisa mendalam, Pak Edy dan tim memutuskan untuk membeli mesin sendiri dengan bantuan dari berbagi pihak.
Paham akan peluang besar pada bisnis percetakan, Petraya kemudian meningkatkan kapasitas produksi mereka dengan kembali membeli mesin baru pada tahun 1998. Pada posisi tersebut, Pak Edy sekali lagi membuktikan bahwa berbagai hambatan dalam memulai usaha ternyata mampu dijadikan pelajaran untuk memperkuat mental dan karakter beliau dan timnya. “Saat itu banyak perusahaan percetakan yang bangkrut, sehingga banyak yang menjual mesinnya, namun saya mengambil langkah yang berbeda, yaitu dengan membeli mesin-mesin tersebut dengan harga yang lebih murah. Saya berfikiran bahwa krisis ekonomi ini akan berakhir,” imbuhnya. Dan benar saja, selang beberapa tahun kemudian, krisis yang juga dikenal sebagai krisis moneter tersebut perlahan berakhir, sehingga beliau mendapatkan keuntungan karena mendapatkan mesin percetakan dengan harga murah.
Saat mengunjungi kantornya, banyak terpampang dengan jelas berbagai foto-foto impian tentang pengembangan bisnis Percetakan Petraya. Mulai dari membuka cabang di daerah lain hingga pengembangan bisnis di bidang selain percetakan sudah di visualisasi dengan jelas. Hal ini membuktikan bahwa beliau adalah seorang pemimpi besar yang terus diimbangi dengan kerja nyata. Itu semua sesuai dengan filosofi dari Pak Edy “membuat hutan dari sebuah pohon”. “Filosofi tersebut memiliki arti bahwa sebuah pohon yang ditanam pasti akan menghasilkan buah, suatu saat buah tersebut pasti ada yang jatuh, dan buah yang jatuh itulah yang akan berubah menjadi pohon yang baru, begitu seterusnya,” tambah Pak Edy. Dari filosofi itu, Pak Edy mengharapkan suatu saat nanti perusahaan Petraya bisa berkembang membuat bisnis-bisnis baru yang dapat mensejahterakan masyarakat.
Dengan adanya mimpi tersebut tentu ada konsekuensi yang harus dihadapi. Konsekuensinya adalah perusahaan harus tetap eksis siapapun yang memimpinya. Maka beliau memutuskan untuk mundur dari Percetakan Petraya dan menyerahkan kepada orang lain untuk menjadi pemimpin. Pak Edy memilih untuk mundur dan konsentrasi membangun bisnisnya yang lain. Beliau beranggapan bahwa bila perusahaan ingin terus eksis maka perusahaan itu harus dipimpin oleh visi, bukan oleh sosok (dari seseorang), meskipun sosok tersebut adalah pendirinya. Sudah 2 tahun Pak Edy mundur dari Percetakan Petraya, dan perusahaan ini tetap berjalan seperti biasa, hal ini menunjukkan bahwa visi yang dibuat sejak awal bisa dijadikan acuan dalam memimpin.
Selain itu, perhatian terhadap karyawan juga menjadi fokus dalam menjalankan bisnisnya Pak Edy menginginkan agar karyawan yang berada dalam perusahaannya menjadi lebih pandai dan mandiri. Bahkan beliau bermimpi semua karyawan yang ada memiliki modal untuk berinvestasi di masa depan. Disitulah kenikmatan dalam bekerja di mata beliau, yaitu ketika melihat karyawannya sejahtera dan sukses.
Terakhir, beliau memberikan kunci sukses kepada masyarakat yang ingin masuk kedalam bisnis percetakan:
1. Dalam memulai bisnis jangan langsung berinvestasi di mesin berat.
2. Pendiri diharapkan memiliki skill dalam membuat desain.
3. Bila tidak mampu mengerjakan, lakukakan outsorching.
4. Perbanyak relasi untuk pemasaran.
5. Teknologi selalu berubah, butuh pengamatan agar ketinggalan informasi.
Dan yang lebih penting menurut Pak Edy, ketika kita ingin membangun dan mengembangkan sebuah bisnis harus ada dukungan dari keluarga. Tanpa adanya dukungan dari keluarga, maka mustahil bisnis tersebut akan berkembang dan sukses. Panjang sudah waktu yang dilalui Pak Edy dalam mengelola dan menjalankan Percetakan Petraya. Bisa dikatakan bahwa kata sukses sudah beliau raih. Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan beliau untuk berhenti berkarya, masih banyak mimpi yang belum terwujud, dan beliau yakin dengan doa dan kerja keras suatu saat nanti mimpi-mimpi tersebut akan terwujud.
Sumber : Dari Berbagai Sumber di Internet.
0 komentar:
Posting Komentar